ANIMASI
Kamis, 26 April 2012
Selasa, 24 April 2012
MATERI PEMBELAJARAN Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman Orang Lain dalam Cerpen
Cerpen adalah singkatan dari cerita pendek, disebut demikian karena jumlah halamannya yang sedikit, situasi dan tokoh ceritanya juga digambarkan secara terbatas. Dalam bukunya berjudul Anatomi Sastra (1993:34), Semi mengemukakan: cerpen ialah karya sastra yang memuat penceritaan secara memusat kepada suatu peristiwa pokok saja. Semua peristiwa lain yang diceritakan dalam sebuah cerpen, tanpa kecuali ditujukan untuk mendukung peristiwa pokok. Dalam kesingkatannya itu cerpen akan dapat menampakan pertumbuhan psikologis para tokoh ceritanya, hal ini berkat perkembangan alur ceritanya sendiri. Ini berarti, cerpen merupakan bentuk ekspresi yang dipilih dengan sadar oleh para sastrawan penulisnya.
Unsur Intrinsik Cerpen
Unsur-unsur intrinsik karya sastra berbentuk cerpen, adalah unsur-unsur pembangun struktur cerpen yang ada di dalam cerpen itu sendiri, yakni : (1) tema, (2) tokoh, (3) alur, (4) latar, (5) teknik penceritaan, dan (6) diksi.
Menjelaskan Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen
Sebagaimana novel, cerpen juga dibentuk atas unsur ekstrinsik dan intrinsik. Meskipun bentuknya pendek, bahkan ada. Yang cuma 1 halaman, di dalamnya terdapat unsur-unsur intrinsik secara lengkap, yaitu tema, amanat, tokoh, alur, latar, sudut padang pengarang, dan dialog.
Unsur – unsur intrinsik cerpen mencakup: tema, alur, latar, perwatakan, sudut pandang, dan nilai – nilai yang terkandung didalamnya.
a. Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini
dan dijadikan sumber cerita.
b. Latar/ setting adalah
tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus
jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan
ketika cerita berlangsung.
c. Alur / plot adalah susunan peristiwa atau
kejadian yang membentuk sebuah cerita.
Alur meliputi beberapa tahap:
Alur meliputi beberapa tahap:
1. Pengantar : bagian
cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan
awal cerita.
2. Penampilan
masalah : bagian yang menceritakan maslah yang dihadapi
pelaku cerita
3. Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat,
konflik telah memuncak.
4. Ketegangan
menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur – angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang.
5. Penyelesaian
/ resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.
d. Perwatakan
:
Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui:
- Dialog tokoh
- Penjelasan tokoh
- Penggambaran fisik tokoh
Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui:
- Dialog tokoh
- Penjelasan tokoh
- Penggambaran fisik tokoh
e. Nilai
(amanat) : pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang emalalui
cerita.
Ciri-ciri
Cerita Pendek
Ciri-ciri cerita pendek menurut
pendapat Sumarjo dan Saini (1997 : 36) sebagai berikut.
Ceritanya pendek;
Ceritanya pendek;
- Bersifat rekaan (fiction),dan
- Bersifat naratif.
Pendapat lain mengenai ciri-ciri
cerita pendek di kemukakan pula oleh Lubis dalam Tarigan (1985 : 177) sebagai
berikut.
- Cerita Pendek harus mengandung interprestasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
- Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan cerita.
- Cerita pendek harus mempunyai seorang yang menjadi pelaku atau tokoh utama.
- Cerita pendek harus satu efek atau kesan yang menarik.
Menurut Morris dalam Tarigan (1985 :
177), ciri-ciri cerita pendek adalah sebagai berikut.
- Ciri-ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu, dan intensif (brevity, unity, and intensity).
- Unsur-unsur cerita pendek adalah adegan, tokoh, dan gerak (scena, character, and action).
- Bahasa cerita pendek harus tajam, sugestif, dan menarik perhatian (incicive, suggestive, and alert).
SYARAT TOPIK CERPEN
- TOPIK
a. Topik harus menarik perhatian penulis.
Topik yang menarik perhatian akan memotivasi pengarang penulis secara terus-menerus mencari data-data untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Penulis akan didorong agar dapat menyelesaikan tulisan itu sebaik-baiknya. Suatu topik sama sekali tidak disenangi penulis akan menimbulkan kesalahan. Bila terdapat hambatan, penulis tidak akan berusaha denngan sekuat tenaga untuk mengumpulkan data dan fakta yang akan digunakan untuk memecahka masalah.
b. Diketahui oleh penulis.
Penulis hendaklah mengerti atau mengetahui meskipun baru prinsip-perinsip ilmiahnya.
Contoh:
• Metode atau penerapan yang digunakan.
. Mencari sumber-sumber data
• Metode analisis yang akan digunakan.
• Buku-buku referensi yang digunakan.
c. Jangan terlalu baru,jangan terlalu teknis dan jangan terlalu kontroversial.
Bagi penulis pemula,topik yang baru kemungkinan belum ada referensinya dalam kepustakaan.Topik yang terlalu teknis kemungkinan dapat menjebak penulis bila tidak benar-benar menguasai bahan penulisannya.Topik yang kontroversial akan menimbulkan kesulitan untuk bertindak secara objektif.
d. Bermanfaat.
Topik yang dipilih hendaknya bermanfaat. Ditinjau dari segi akademis dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun dari segi praktis.
e. Jangan terlalu luas.
Penulis harus membatasi topik yang akan ditulis.Setipa penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit dan berbatas untuk digarap sehingga tulisannya dapat terfokus.
f. Topik yang dipilih harus berada disekitar kita.
g. Topik yang dipilih harus yang menarik.
h. Topik yang dipilih ruang lingkup sempit dan terbatas.
i. Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif.
j. Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya. topik yang di pilih jangan terlalu baru.
k. Topik yang dipilih memiliki sumber acuan.
KERANGKA
CERPEN
·
1.
Urutan peristiwa dan alur cerita
No
|
Rangkaian Peristiwa
|
Urutan peristiwa dalam Penyajian Cerpen
|
1.
|
Mengingat
masa kecil
|
Pagi,
disekolah, memandang keluar jendela kelas, mengigat masa kecil yang lucu,
lingkungan masih banyak pepohonan, bermain dipekarangan depan rumah.
|
2.
|
Kebiasaan
pulang sekolah
|
Pulang
sekolah dengan teman jalan kaki, udara sejuk, jarang ada jalan beraspal, kiri
kanan masih banyak pepohonan, mencuci tangan, ganti baju, bermain
dipekarangan.
|
3.
|
Teringan
bermain kuda lumping
|
Bermain
kuda lumping, memakai kuda kudaan. Ditertawai tetangga hingga aku menangis.
|
4.
|
Di
sadarkan teman
|
Di
senggol teman sebangku di kelas, melanjutkan pelajaran, mengenang teman masa
kecil yang hilang.
|
Kesimpulan
= Jadi alur yang digunakan adalah alur campuran, meliputi alur
maju-mundur-maju.
|
No.
|
Tokoh
|
Watak
|
1.
|
Aku
|
Usil,
suka melamun, suka berhayal, baik hati.
|
2.
|
Teman
sekolah
|
Baik
hati, usil.
|
3.
|
Ibu
|
Baik
hati, sabar.
|
4.
|
Tetangga
|
Lucu,
baik hati.
|
·
3.
Latar Cerita Pendek
1.
|
Sekolah
SMA
|
2.
|
Sekolah
SD
|
3.
|
Rumah
|
4.
|
Pekarangan
|
5.
|
Jalan
menuju sekolah
|
CERPEN
MENDULANG
HARTA
Hari panas terik. Sang surya bersinar dengan ganasnya. Membuat ubun-ubun
terasa mendidih. Aris mempercepat langkah menuju rumahnya. Akhirnya sampai
juga. Dia duduk melepas lelah sambil membuka sepatunya.
‘’Huh, lega rasanya, ’’ia menghela napas dan beranjak masuk ke dalam. Baru saja melangkahkan kaki ke dalam rumah, ia menemukan uang berserakan di lantai.
‘’Hah, uang siapa ini, ’’katanya heran. Tentu saja dia heran. Di zaman serba sulit ini uang dibiarkan berserakan di lantai begitu saja. ‘’Untung aku bukan maling yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah,’’ pikirnya nakal.
“Uang punya Mak. Berikan sama Mak. Bapak mau keluar,’’ sahut bapak.
‘’Hmm, Mak sudah punya uang sekarang. Jadi, aku bisa minta uang untuk membayar uang les dan LKS,’’ pikirnya.
‘’Maaak, Oo Maaak,’’ panggil Aris.
‘’Ada apa Ris. Ganggu orang saja kamu ini, ’’kata maknya jengkel.
Lalu Aris menyerahkan uang tersebut pada maknya. Ia menjelaskan bahwa uang les dan LKS-nya belum dibayar. Sedang pihak sekolah sudah beberapa kali menagihnya. Tapi bukannya diberi uang, dia malah dimarahi oleh maknya.
‘’Saya heran dengan sekolah kamu itu. Banyak sekali tetek bengek yang harus dibayar. Kan ada dana BOS. Untuk apa dana BOS itu? “Sudahlah, tidak usah kamu sekolah. Buang-buang uang saja. “Kata maknya dengan muka merah menyala.
Aris sudah menjelaskan bahwa dana BOS itu tidak mencukupi, karena sekolahnya hanya sekolah swasta dan banyak memakai tenaga honor. Tapi maknya tidak mau tahu dengan semua itu. Dia malah menyuruh Aris cari uang sendiri. Kemanakah uang akan dicarinya? Ah, Emak tak mengerti dengan pendidikan. Padahal pendidikan itu sangat penting. Dengan pendidikan kita akan bisa menatap masa depan yang gemilang.
‘’Buat apa kamu sekolah? Lihat itu hah, banyak yang sekolah tinggi, tapi akhirnya cuma jadi pengangguran, kan? Jadi buat apa sekolah?’’ tambah maknya lagi.
Aris lebih memilih diam dari pada menjawab omongan maknya. Ia menyayangkan kenapa maknya mempunyai pola pikir yang terbelakang seperti itu? Sekarang orang berlomba-lomba mencari ilmu, tapi mak malah melarangnya.
‘’Mak ... mak, mengapa Emak lebih suka mengumpulkan uang, beli emas, dan membanggakan diri pada orang lain dari pada menyekolahkan kami anak-anak mak. Itu akan lebih bermanfaat,’’ gumamnya dalam hati.
Aris lebih memilih diam dari pada menjawab omongan maknya. Ia menyayangkan kenapa maknya mempunyai pola pikir yang terbelakang seperti itu? Sekarang orang berlomba-lomba mencari ilmu, tapi mak malah melarangnya.
‘’Mak ... mak, mengapa Emak lebih suka mengumpulkan uang, beli emas, dan membanggakan diri pada orang lain dari pada menyekolahkan kami anak-anak mak. Itu akan lebih bermanfaat,’’ gumamnya dalam hati.
Aris lebih memilih diam dari pada menjawab omongan maknya. Ia menyayangkan kenapa maknya mempunyai pola pikir yang terbelakang seperti itu? Sekarang orang berlomba-lomba mencari ilmu, tapi mak malah melarangnya.
‘’Mak ... mak, mengapa Emak lebih suka mengumpulkan uang, beli emas, dan membanggakan diri pada orang lain dari pada menyekolahkan kami anak-anak mak. Itu akan lebih bermanfaat,’’ gumamnya dalam hati.
Aris sudah lelah mendengarkan omelan emaknya itu. Dia keluar dan pergi entah ke mana.
Sedangkan si Lina, adiknya baru saja pulang dari sekolah SMP yang tidak jauh dari rumahnya. Setibanya di rumah, mak menyuruhnya mandi dan berpakaian yang bagus. Tidak biasanya mak seperti ini. Ternyata si Lina akan dilamar oleh Pak Anto duda kaya yang tinggal di desa sebelah. Tentu saja Lina menolak dengan keras semua itu. Namun, mak tetap bersikeras dengan kemauannya. Ia sama sekali tidak memikirkan bahwa anaknya itu di bawah umur untuk menikah. Apalagi akan dinikahkan dengan seorang duda. Ah, benar-benar tidak masuk akal.
Emak sudah terpengaruh oleh harta. Mak bilang, ia iri pada teman-teman arisannya yang kaya dan hidup mewah. Sedangkan mak tidak punya apa-apa. Mak ingin menabung untuk menggapai semua itu. Kalian tidak usah sekolah. Hanya menambah beban saja.
Hari-hari berikutnya, Aris tak lagi bersekolah. Ia berhenti dan bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah. Sebenarnya hati kecilnya selalu sedih tiap kali melihat teman-temannya bersekolah. Tapi apa mau di kata, mak sudah tidak mau lagi menyekolahkannya.
Setiap kali ia ikut teman-temannya dan tampaknya ia juga mulai terpengaruh oleh teman-teman baru itu. Sedangkan mak sudah tidak peduli lagi dengannya. Ia sibuk mengumpulkan harta, apalagi sekarang ia telah punya menantu kaya.
Waktu terus berjalan. Aris semakin terjerumus dalam kehidupan yang tidak memiliki masa depan. Ia telah berubah. Hingga suatu hari dengan tergopoh-gopoh, Enda temannya Aris datang dan memberitahukan pada Emak kalau Aris ditangkap polisi tadi malam. Tapi sekarang ia dirawat di rumah sakit. Overdosis katanya. Habis pesta sabu-sabu.
Bagai guntur di siang bolong, Emak dan bapak kaget bukan kepalang. Tapi apa mau di kata. Itu salah mereka, mereka yang menginginkan anaknya seperti itu. Mak menangis-nangis menyesali perbuatan dan sikapnya yang tak mau menyekolahkan anaknya itu.
‘’Sudahlah Nur, mudah-mudahan Aris lekas sembuh dan kita bisa kumpul lagi seperti dulu. Akan kita bina keluarga kita. Biarlah kita hidup sederhana, asalkan hati dan keluarga kita bahagia,’’ kata Bapak dengan mata berkaca-kaca, ia berusaha menenangkan hati mak.
‘’Huh, lega rasanya, ’’ia menghela napas dan beranjak masuk ke dalam. Baru saja melangkahkan kaki ke dalam rumah, ia menemukan uang berserakan di lantai.
‘’Hah, uang siapa ini, ’’katanya heran. Tentu saja dia heran. Di zaman serba sulit ini uang dibiarkan berserakan di lantai begitu saja. ‘’Untung aku bukan maling yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah,’’ pikirnya nakal.
“Uang punya Mak. Berikan sama Mak. Bapak mau keluar,’’ sahut bapak.
‘’Hmm, Mak sudah punya uang sekarang. Jadi, aku bisa minta uang untuk membayar uang les dan LKS,’’ pikirnya.
‘’Maaak, Oo Maaak,’’ panggil Aris.
‘’Ada apa Ris. Ganggu orang saja kamu ini, ’’kata maknya jengkel.
Lalu Aris menyerahkan uang tersebut pada maknya. Ia menjelaskan bahwa uang les dan LKS-nya belum dibayar. Sedang pihak sekolah sudah beberapa kali menagihnya. Tapi bukannya diberi uang, dia malah dimarahi oleh maknya.
‘’Saya heran dengan sekolah kamu itu. Banyak sekali tetek bengek yang harus dibayar. Kan ada dana BOS. Untuk apa dana BOS itu? “Sudahlah, tidak usah kamu sekolah. Buang-buang uang saja. “Kata maknya dengan muka merah menyala.
Aris sudah menjelaskan bahwa dana BOS itu tidak mencukupi, karena sekolahnya hanya sekolah swasta dan banyak memakai tenaga honor. Tapi maknya tidak mau tahu dengan semua itu. Dia malah menyuruh Aris cari uang sendiri. Kemanakah uang akan dicarinya? Ah, Emak tak mengerti dengan pendidikan. Padahal pendidikan itu sangat penting. Dengan pendidikan kita akan bisa menatap masa depan yang gemilang.
‘’Buat apa kamu sekolah? Lihat itu hah, banyak yang sekolah tinggi, tapi akhirnya cuma jadi pengangguran, kan? Jadi buat apa sekolah?’’ tambah maknya lagi.
Aris lebih memilih diam dari pada menjawab omongan maknya. Ia menyayangkan kenapa maknya mempunyai pola pikir yang terbelakang seperti itu? Sekarang orang berlomba-lomba mencari ilmu, tapi mak malah melarangnya.
‘’Mak ... mak, mengapa Emak lebih suka mengumpulkan uang, beli emas, dan membanggakan diri pada orang lain dari pada menyekolahkan kami anak-anak mak. Itu akan lebih bermanfaat,’’ gumamnya dalam hati.
Aris lebih memilih diam dari pada menjawab omongan maknya. Ia menyayangkan kenapa maknya mempunyai pola pikir yang terbelakang seperti itu? Sekarang orang berlomba-lomba mencari ilmu, tapi mak malah melarangnya.
‘’Mak ... mak, mengapa Emak lebih suka mengumpulkan uang, beli emas, dan membanggakan diri pada orang lain dari pada menyekolahkan kami anak-anak mak. Itu akan lebih bermanfaat,’’ gumamnya dalam hati.
Aris lebih memilih diam dari pada menjawab omongan maknya. Ia menyayangkan kenapa maknya mempunyai pola pikir yang terbelakang seperti itu? Sekarang orang berlomba-lomba mencari ilmu, tapi mak malah melarangnya.
‘’Mak ... mak, mengapa Emak lebih suka mengumpulkan uang, beli emas, dan membanggakan diri pada orang lain dari pada menyekolahkan kami anak-anak mak. Itu akan lebih bermanfaat,’’ gumamnya dalam hati.
Aris sudah lelah mendengarkan omelan emaknya itu. Dia keluar dan pergi entah ke mana.
Sedangkan si Lina, adiknya baru saja pulang dari sekolah SMP yang tidak jauh dari rumahnya. Setibanya di rumah, mak menyuruhnya mandi dan berpakaian yang bagus. Tidak biasanya mak seperti ini. Ternyata si Lina akan dilamar oleh Pak Anto duda kaya yang tinggal di desa sebelah. Tentu saja Lina menolak dengan keras semua itu. Namun, mak tetap bersikeras dengan kemauannya. Ia sama sekali tidak memikirkan bahwa anaknya itu di bawah umur untuk menikah. Apalagi akan dinikahkan dengan seorang duda. Ah, benar-benar tidak masuk akal.
Emak sudah terpengaruh oleh harta. Mak bilang, ia iri pada teman-teman arisannya yang kaya dan hidup mewah. Sedangkan mak tidak punya apa-apa. Mak ingin menabung untuk menggapai semua itu. Kalian tidak usah sekolah. Hanya menambah beban saja.
Hari-hari berikutnya, Aris tak lagi bersekolah. Ia berhenti dan bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah. Sebenarnya hati kecilnya selalu sedih tiap kali melihat teman-temannya bersekolah. Tapi apa mau di kata, mak sudah tidak mau lagi menyekolahkannya.
Setiap kali ia ikut teman-temannya dan tampaknya ia juga mulai terpengaruh oleh teman-teman baru itu. Sedangkan mak sudah tidak peduli lagi dengannya. Ia sibuk mengumpulkan harta, apalagi sekarang ia telah punya menantu kaya.
Waktu terus berjalan. Aris semakin terjerumus dalam kehidupan yang tidak memiliki masa depan. Ia telah berubah. Hingga suatu hari dengan tergopoh-gopoh, Enda temannya Aris datang dan memberitahukan pada Emak kalau Aris ditangkap polisi tadi malam. Tapi sekarang ia dirawat di rumah sakit. Overdosis katanya. Habis pesta sabu-sabu.
Bagai guntur di siang bolong, Emak dan bapak kaget bukan kepalang. Tapi apa mau di kata. Itu salah mereka, mereka yang menginginkan anaknya seperti itu. Mak menangis-nangis menyesali perbuatan dan sikapnya yang tak mau menyekolahkan anaknya itu.
‘’Sudahlah Nur, mudah-mudahan Aris lekas sembuh dan kita bisa kumpul lagi seperti dulu. Akan kita bina keluarga kita. Biarlah kita hidup sederhana, asalkan hati dan keluarga kita bahagia,’’ kata Bapak dengan mata berkaca-kaca, ia berusaha menenangkan hati mak.
SAHABAT dan
CINTA
Maafkan
aku teman aku takkan bisa menjadi kekasih bagi pacarmu. Meskipun itu permintaan
terakhirmu.
Untukku…
Kalimat
itulah yang menjadi isi hatiku saat ini. Ya, semenjak Tommy seorang sahabatku
meninggal dunia, akibat Leukimia yang telah lama ia alami. Aku telah
mengenalnya semenjak tiga tahun yang lalu. Kala itu aku duduk semester akhir di
sebuah Perguruan Tinggi Swasta di kota Gudeg Jogjakarta.
Perkenalanku
dengan Tommy dimulai dalam suatu malam. Kala itu cacing perutku sudah
meronta-ronta, sementara jarum jam telah menunjukkan pukul 01.00 dini hari,
sialnya uangku hanya tinggal tiga ratus ribu rupiah, aku belum mendapat kiriman
dari orang tuaku. Dan lebih parahnya lagi uang tiga ratus ribu rupiah itu
sebenarnya digunakan untuk membayar uang semesterku.
Otakku
berfikir bagaimana caranya agar aku bisa mengisi perutku dan membuat mereka
tertawa bahagia.
“Ah
sial”, kataku dalam hati. Dengan tekadku yang kuat, dan tanpa pertimbangan lagi
akhirnya aku hidupkan sepeda motorku, untuk mencari warung di dekat kostku.
***
“Mungkin
semangkuk indomie goreng mampu membuat perutku merasa tenteram”
Begitulah
pikirku.
Tak
jauh dari kostku aku menemukan warung yang masih buka, warung ini biasanya
adalah langgananku untuk santai, makan, dan biasanya aku juga hutang di warung
ini. Mungkin pada tahu semua alasan mengapa aku hutang. Malam itu aku memesan
semangkuk mie instan dan es teh.
“Kang
hutang ya, belum dapat gajian nich dari orang tua” kataku dengan teriak.
“Bayarnya
kapan atuh, hutang melulu” kata penjaga warung.
“Besok
dech, aku janji” kataku.
Aku
duduk di sebuah meja dimana tepat berhadapan dengan seorang pria yang mungkin
sebaya denganku, pria dengan berkacamata itu hanya tersenyum dengan lesung
pipitnya.
“Lagi
bokek ya,” katanya.
“Ya
nich mas” kataku.
Ya
sudah nanti aku yang bayarin” katanya dengan logat jawa yang medok.
“Hatur
nuwun mas” kataku sambil tersenyum.
“Tinggal
di mana mas” katanya lagi.
“Di
Gejayan”
“Oh
ya, kenalkan nama saya Tommy, di sini kuliah ya?” katanya.
“Ya,
namaku Jhonny aku asal Kalimantan.”
Tak
lama kemudian akhirnya terjadilah pembicaraanku dengan Tommy, dia adalah
seorang sutradara film yang berasal dari keturunan ningrat. Aku pun mengenalkan
diri sebagai seorang mahasiswa yang mendalami ilmu multimedia, lalu kami
bertukar nomor handpone.
***
“Ah,
Alhamdulillah jika aku tidak bertemu dengannya aku tidak tahu bagaimana caranya
agar aku bisa membayar uang SPP kuliahku besok” kataku dalam hati.
Keesokan
harinya aku mendapat SMS dari Tommy.
“Hallo
Jhon, bagaimana kabarnya. Oh ya, aku ada film nie. Filmnya belum sempat aku
edit, karena aku sibuk. Jadi aku harap kamu bisa mengedit filmku ini. Nanti
kamu kerumahku saja, nanti kamu ku jemput. Kost kamu dimana?”
Aku
balas SMS itu. “Aku masih di kampus, masih ada kuliah. Nanti kalau pulang kamu
ku kabari. Oke.”
Lalu
ia membalasnya. “ Oke”
Matahari
kala itu sedang berada di ujung kepala, tubuhku terasa letih karena dari pagi
aku sibuk dengan urusan mata kuliah di kampus. Saatnya aku pulang, dan aku tak
lupa untuk sms Tommy. Karena janji bagiku adalah hutang yang harus dilunasi.
“Bro,
aku sudah sampai di tempat kost”
Sekitar
tiga jam aku tunggu di kost akhirnya Tommy menjemputku, dan membawaku ke
rumahnya.
Tommy
bagiku adalah sosok orang yang ramah, supel, dia bisa bergaul dengan siapa
saja, tak peduli kaya atau miskin.
Ini
adalah filmku yang pertama kalinya aku kerjakan. Jadi aku tidak bisa
sembarangan dalam mengedit, aku harus hati-hati. Oleh sebab itu, aku banyak
bertanya kepada Tommy. Tommy orangnya murah senyum.
***
Tak
terasa setahun lamanya aku menjadi sahabat Tommy. Dia sering melibatkanku di
dalam produksi-produksi filmnya, entah aku sebagai kameramen, lighting,
editing, dan sebagainya.
Tommy
adalah seorang teman yang memiliki segudang ilmu pengetahuan perfilman. Tak
jarang pula aku sering di traktir olehnya untuk menonton film di bioskop.
Bagiku dia sudah lebih dari seorang sahabat. Mungkin dia adalah kakak bagiku.
Orang tua Tommy amat ramah kepadaku, meskipun mereka sering ke Jakarta.
Jujur
ku akui, aku sering ikut berbagai festival film bersama Tommy, terkadang kami
menang dan terkadang pula kalah. Terkadang juara satu dan terkadang pula
tersisih di penyisihan. Tapi bagi kami persahabatan mengalahkan segala-galanya.
Hanya satu kekuranganku dengan Tommy. Tommy memiliki seorang pacar yang bernama
Lisa. Orangnya cantik, sedangkan aku tidak memiliki kekasih. Ingin sekali
harapanku memiliki kekasih, namun tak dapat terwujud. Tapi itu tak masalah
bagiku, yang terpenting bagiku adalah persahabatan. Dari persahabatan ini tanpa
aku sadari aku bisa memiliki penghasilan yang tak ku kira datangnya. Ya, dari
hasil jual film. Karena bagi kami film dapat menjadi hal komoditas yang berharga.
***
Hingga suatu malam ketika aku menginap di
rumahnya secara tiba-tiba Tommy bertanya kepadaku’
“Jhon,
kamu kok tidak punya pacar, seandainya aku sudah tidak ada kamu mau nggak jadi
pacar Lisa?”
Pertanyaan
itu amat menyentakku
“Maksud
kamu apa Tom”
“Kamu
tahu tidak kalau umur kita itu tidak ada yang tahu. Aku juga tidak tahu umurku
sampai berapa. Jhon, kamu sudah aku anggap seperti saudara aku sendiri. Kamu
sudah aku anggap seperti adikku sendiri”
“Aku
tidak mengerti apa maksud kamu”
“Ya
sudah, jujur saja, aku merasakan kalau aku semakin hari semakin lemah. Aku
sudah tidak seperti dulu lagi, aku bukan Tommy yang kamu kenal, Aku uhukk…
uhukkk… uhuk…”
“Kamu
kenapa Tom”
Aku
terkejut ternyata dari mulut Tommy mengeluarkan darah
“Tom,
kamu sakit”. Tommy hanya terdiam
“Kamu
jawab pertanyaanku.” Tommy hanya mengangguk
“Sebenarnya sudah lama aku sakit seperti ini. Sejak kecil aku mengidap
leukemia, dan aku sengaja tidak memberitahumu. Aku sudah tidak kuat lagi. Kalau
aku sudah tidak ada lagi kamu bersedia jadi pacarnya Lisa”
“Aku
akan antar kamu ke rumah sakit, kamu harus kuat Tom”
Sentak
aku menghentikan pekerjaanku di rumahnya, dengan sepeda motorku aku mengantar
Tommy ke rumah sakit terdekat. Ku telepon orang tua Tommy, dan mengatakan bahwa
kondisinya sudah gawat.
Keesokan
harinya, kedua orang tua Tommy telah tiba di bandara. Lalu dijemput olehku dan
juga Lisa. Kami langsung menuju rumah sakit. Dan menuju ruang dimana Tommy di
rawat. Tangis keluarga pun menjadi-jadi. Ku genggam tangan Tommy erat-erat.
Seorang dokter mengatakan bahwa kondisi Tommy sudah koma, dan kritis.
Tommy
membisikiku untuk terakhir kalinya.
“Jhon,
tolong jaga Lisa baik-baik ini adalah permintaan terakhirku. Aku minta jadilah
kamu seorang movie maker yang handal” katanya secara terbata-bata.
“Ya,
aku berjanji”
Tak
lama kemudian, dia menghembuskan nafas terakhirnya.
Oh Tuhan, aku kehilangan seorang sahabat yang
penting dalam hidupku. Mengapa cepat engkau mengambil sahabatku. Entah dimana
akan aku dapatkan sahabat seperti dia. Di hari pemakamannya tak kuasa aku
menahan tangis isak air mataku. Teman… jujur aku katakan bahwa aku tak
mencintai Lisa, aku terlanjur menganggapnya sebagai sahabatku. Aku merasa
berdosa pada Tommy, yang tak bisa memenuhi janji itu. Guna menjadi pengganti
dirinya di dalam kehidupan Lisa.
“Lis
aku minta maaf kepadamu, kalau aku tidak bisa menjadi pengganti Tommy di
kehidupanmu.”
“Kamu
masih punya hati apa tidak, kamu sempat berbicara seperti itu. Aku tidak
mengerti apa maksudmu” kata Lisa.
“Jujur,
Tommy memintaku untuk jadi penggantinya, pengganti pacarmu. Tapi maaf aku sudah
punya pacar lain yang bernama … “
“Stop,
kamu ternyata tidak berterima kasih kepada Tommy. Kamu selama ini ku anggap
sebagai saudara. Ternyata berkhianat di belakang Tommy. Dan…” kata Lisa.
“Aku
belum selesai bicara, apa kamu sudah memiliki hati kepadaku, apa artinya
pacaran jika tanpa dilandasi rasa cinta” kataku.
“Seandainya
Tommy masih hidup mungkin dia menyesal punya saudara angkat sepertimu” katanya
lagi.
“Lisa,
aku mohon … kamu ingin jadi pacarku karena kamu sebenarnya masih cinta Tommy.
Jujur aku rasa Tommy mengerti kalau tanpa cinta suatu hubungan takkan pernah
berhasil. Dan mungkin dia maklumi di alam baka sana.”
***
Lisa
hanya diam terpaku, “Begini saja, kalau kamu mau, ya jujur aku tidak tega
membayangkannya. Aku mohon carilah pengganti diriku. Yang lebih baik dariku, ku
rasa kamu akan menemukannya.” Lisa mengangguk setuju. Aku tahu dia terluka
karena ucapanku, ku lihat air matanya jatuh berlinang. Kuusap air matanya.
“Kita masih bisa bersahabat” ucapku.
Teman,
saat ini kenangan itu masih membekas di benakku. Paling tidak hingga ku
tuliskan sebuah puisi sebagai ungkapan hatiku mengenang sahabatku.
“Maafkan aku teman
Aku takkan bisa menjadi kekasih
Bagi pacarmu
Meskipun itu permintaan terakhirmu
Untukku
Mungkin kesepian adalah jalan yang
Terbaik dalam hidupku” (Maulana Eka Putra)
CINTA ALLISA
Dia datang pada saat dimana aku
sedang merasa sangat kehilangan, hari-hariku sedang membosankan dan
menyedihkan. Aku baru saja putus cinta. Awal aku mengenalnya karena tidak sengaja
mengirim sms. Setelah itu kami sering bertukar cerita, bertelpon ria.
Entahlah, aku tidak tahu kapan cinta itu hadir dalam hatiku dan aku juga tak mengerti mengapa cinta itu datang begitu cepat. Dan yang lebih aku tak mengerti mengapa aku harus mencintainya, padahal kita tak pernah bertemu.
Aneh bukan? Tapi itulah cinta, bila cinta tidak gila itu tidak dikatakan cinta…
Cinta itu harus gila.
Entahlah, apakah dia merasa hal yang sama dengan apa yang kurasa? Aku tak tahu. Hubunganku dengan Ardian tak pasti, bertemankah atau berpacarankah…
Berteman…mungkin dia akan jadi seorang teman yang baik, yang selalu mau mendengar keluh kesahku setiap hari. Berpacaran…mungkin dia akan jadi seorang pacar yang setia. Berteman atau berpacaran aku tak peduli. Aku merasa nyaman… mendengar suaranya dan mendengar tawanya, dia selalu menjalani kehidupannya dengan santai, seolah dia tidak pernah merencanakan hidupnya esok akan bagaimana, dia biarkan hidupnya mengalir. Tapi itulah yang ku suka, tapi hal itu pula yang pada akhirnya membuat aku benci.
Ardian datang lebih awal daripada adit, mungkin jika adit datang lebih awal, aku akan jatuh cinta padanya.
Entahlah, aku tidak tahu kapan cinta itu hadir dalam hatiku dan aku juga tak mengerti mengapa cinta itu datang begitu cepat. Dan yang lebih aku tak mengerti mengapa aku harus mencintainya, padahal kita tak pernah bertemu.
Aneh bukan? Tapi itulah cinta, bila cinta tidak gila itu tidak dikatakan cinta…
Cinta itu harus gila.
Entahlah, apakah dia merasa hal yang sama dengan apa yang kurasa? Aku tak tahu. Hubunganku dengan Ardian tak pasti, bertemankah atau berpacarankah…
Berteman…mungkin dia akan jadi seorang teman yang baik, yang selalu mau mendengar keluh kesahku setiap hari. Berpacaran…mungkin dia akan jadi seorang pacar yang setia. Berteman atau berpacaran aku tak peduli. Aku merasa nyaman… mendengar suaranya dan mendengar tawanya, dia selalu menjalani kehidupannya dengan santai, seolah dia tidak pernah merencanakan hidupnya esok akan bagaimana, dia biarkan hidupnya mengalir. Tapi itulah yang ku suka, tapi hal itu pula yang pada akhirnya membuat aku benci.
Ardian datang lebih awal daripada adit, mungkin jika adit datang lebih awal, aku akan jatuh cinta padanya.
Aditya…
Aku ingin sekali melupakan dua nama itu dalam hidupku. Karena mereka membuat aku pusing. Aku merasakan apa yang Adit rasa, aku merasakan bagaimana rasanya diabaikan, mengharapkan sesuatu yang tak pasti, tapi aku juga tak ingin mengabaikan perasaanku, karena hubunganku dengan Ardian tak seperti yang aku harapkan. Dengan jelas dia mengatakan tidak mencintaiku, dia mungkin hanya mengganggap aku sekedar teman, seorang teman yang kesepian. Kisah ini bagaikan kisah cinta segitiga yang tak berujung. Jika aku tetap mementingkan perasaanku, ada seseorang yang terluka. Dan jika aku menerima cinta Adit, aku sendiri yang akan terluka. Sampai akhirnya aku harus memutuskan untuk melupakan keduanya, agar tak ada yang merasa menang, agar semua merasakan perih yang sama. Tapi mungkin perih itu hanya untukku dan Adit, karena kami sama-sama melibatkan perasaan yang dalam…
Entah apa yang aku harus ku ucapkan dipenghujung kisah ini, maaf atau terimakasih,N yang pasti aku mendapatkan satu pelajaran yang sangat berharga dari kisah ini, aku akan mengucapakan dua kata itu sebagai kata terakhirku. Maaf untuk semua yang secara sengaja atau tidak sengaja terluka karena masalah ini, untuk mama dan bapak, maaf jika masalah ini membuat suasana kita sedikit berkurang keharmonisannya, maaf untuk Adit yang sangat jelas terluka, maaf untuk Ardian karena aku memaksakan sesuatu yang sudah pasti ku tahu itu tak mungkin.
Terimakasih untuk semua yang telah ikut mengukir sebuah kisah ini untukku. Saat ini aku sedang mencoba untuk mengistirahatkan hati dan pikiranku, aku harus berusaha agar aku tak berkubang lagi pada kisah yang sama dan orang yang sama… walau sulit, aku harus bisa merelakan dan melupakan semua…
Aku mengenalnya karena perjodohan orang tua. Saat itu aku sedang menikmati kedekatanku dengan Ardian.
Entahlah, aku tidak tahu kapan cinta itu datang di hati adit, aku tak mengerti mengapa adit sangat ingin menikah denganku, padahal perkenalan ini amat singkat. Entahlah, apakah aku merasa hal yang sama dengan adit? Aku tak tahu. Tapi yang pasti aku kagum akan kegigihan dan perhatian dia. Hubunganku dengan adit juga tak pasti, yang pasti aku pernah menyakitinya karena aku menolaknya. Tapi hingga saat ini seolah dia tak menyerah untuk mengejarku..
Atau mungkin karena target hidup dia yang sudah tersusun rapi dari tahun ketahun. Dia manargetkan menikah pada tahun ini, pada usia dia yang ke 27. Itulah adit, dia selalu menyusun rencana hidupnya jauh kedepan. Bahkan 10 tahun, 20 tahun kedepan sudah disusunnya secara terperinci. Tapi itulah yang membuat aku menolaknya, aku belum lama mengenalnya, aku pernah bertanya padanya, apakah saat dia menulis target hidupnya untuk menikah tahun ini, dia membayangkan wanita yang akan di nikahi itu siapa? Aku yakin, wanita yang dia bayangkan bukan aku, tapi orang lain, entah aku tak pernah mau tahu siapa wanita itu. Aku tak pernah ada dalam rencana hidup dia, karena perkenalan kita masih sangat singkat, tapi mengapa harus aku yang harus terjebak dalam target hidupnya? Sungguh adit dan ardian adalah dua pribadi yang bertolak belakang, walaupun inisial nama mereka sama.
Aku adalah seorang wanita, yang selama tiga bulan ini dilema dengan perasaanku sendiri. Secara jelas aku menjelaskan perasaanku terhadap dua laki-laki itu pada perkenalan mereka. Aku seorang yang sangat simple dalam hal mencintai seseorang, aku selalu jatuh cinta karena hal-hal yang sederhana, tapi seringkali jatuh cinta tanpa sebuah alasan. Kadang perasaan itu datang tanpa aku tahu dan mengapa harus pada orang tersebut.
Aku ingin sekali melupakan dua nama itu dalam hidupku. Karena mereka membuat aku pusing. Aku merasakan apa yang Adit rasa, aku merasakan bagaimana rasanya diabaikan, mengharapkan sesuatu yang tak pasti, tapi aku juga tak ingin mengabaikan perasaanku, karena hubunganku dengan Ardian tak seperti yang aku harapkan. Dengan jelas dia mengatakan tidak mencintaiku, dia mungkin hanya mengganggap aku sekedar teman, seorang teman yang kesepian. Kisah ini bagaikan kisah cinta segitiga yang tak berujung. Jika aku tetap mementingkan perasaanku, ada seseorang yang terluka. Dan jika aku menerima cinta Adit, aku sendiri yang akan terluka. Sampai akhirnya aku harus memutuskan untuk melupakan keduanya, agar tak ada yang merasa menang, agar semua merasakan perih yang sama. Tapi mungkin perih itu hanya untukku dan Adit, karena kami sama-sama melibatkan perasaan yang dalam…
Entah apa yang aku harus ku ucapkan dipenghujung kisah ini, maaf atau terimakasih,N yang pasti aku mendapatkan satu pelajaran yang sangat berharga dari kisah ini, aku akan mengucapakan dua kata itu sebagai kata terakhirku. Maaf untuk semua yang secara sengaja atau tidak sengaja terluka karena masalah ini, untuk mama dan bapak, maaf jika masalah ini membuat suasana kita sedikit berkurang keharmonisannya, maaf untuk Adit yang sangat jelas terluka, maaf untuk Ardian karena aku memaksakan sesuatu yang sudah pasti ku tahu itu tak mungkin.
Terimakasih untuk semua yang telah ikut mengukir sebuah kisah ini untukku. Saat ini aku sedang mencoba untuk mengistirahatkan hati dan pikiranku, aku harus berusaha agar aku tak berkubang lagi pada kisah yang sama dan orang yang sama… walau sulit, aku harus bisa merelakan dan melupakan semua…
Aku mengenalnya karena perjodohan orang tua. Saat itu aku sedang menikmati kedekatanku dengan Ardian.
Entahlah, aku tidak tahu kapan cinta itu datang di hati adit, aku tak mengerti mengapa adit sangat ingin menikah denganku, padahal perkenalan ini amat singkat. Entahlah, apakah aku merasa hal yang sama dengan adit? Aku tak tahu. Tapi yang pasti aku kagum akan kegigihan dan perhatian dia. Hubunganku dengan adit juga tak pasti, yang pasti aku pernah menyakitinya karena aku menolaknya. Tapi hingga saat ini seolah dia tak menyerah untuk mengejarku..
Atau mungkin karena target hidup dia yang sudah tersusun rapi dari tahun ketahun. Dia manargetkan menikah pada tahun ini, pada usia dia yang ke 27. Itulah adit, dia selalu menyusun rencana hidupnya jauh kedepan. Bahkan 10 tahun, 20 tahun kedepan sudah disusunnya secara terperinci. Tapi itulah yang membuat aku menolaknya, aku belum lama mengenalnya, aku pernah bertanya padanya, apakah saat dia menulis target hidupnya untuk menikah tahun ini, dia membayangkan wanita yang akan di nikahi itu siapa? Aku yakin, wanita yang dia bayangkan bukan aku, tapi orang lain, entah aku tak pernah mau tahu siapa wanita itu. Aku tak pernah ada dalam rencana hidup dia, karena perkenalan kita masih sangat singkat, tapi mengapa harus aku yang harus terjebak dalam target hidupnya? Sungguh adit dan ardian adalah dua pribadi yang bertolak belakang, walaupun inisial nama mereka sama.
Aku adalah seorang wanita, yang selama tiga bulan ini dilema dengan perasaanku sendiri. Secara jelas aku menjelaskan perasaanku terhadap dua laki-laki itu pada perkenalan mereka. Aku seorang yang sangat simple dalam hal mencintai seseorang, aku selalu jatuh cinta karena hal-hal yang sederhana, tapi seringkali jatuh cinta tanpa sebuah alasan. Kadang perasaan itu datang tanpa aku tahu dan mengapa harus pada orang tersebut.
Aku sudah bosan menjalani kegagalan perjalanan cintaku, beberapa bulan sebelum aku mengenal ardian dan adit, aku memutuskan untuk menyerahkan kepada orangtuaku utuk memilih seseorang untukku, oleh karena itu mereka mengenalkanku pada adit, anak seorang teman bapak. Karena sudah terlanjur berjanji akan mencoba untuk menerima siapapun yang mereka pilih aku menyetujui untuk bertemu dan mencoba untuk mengenalnya.
Selama beberapa bulan aku mengenal mereka, aku semakin yakin akan perasaanku. Tapi saat aku menolak lamaran Adit, keadaan sudah terbalik, Ardian tidak lagi menginginkan aku menjadi bagian hidupnya. Aku tak tahu apakah alasan yang dia berikan adalah benar atau tidak, aku tak tahu. Saat aku menolak adit, banyak yang terluka, mama, bapak, Adit, mbak Tanti bahkan mungkin yang paling terluka adalah aku. Aku hanya memikirkan dan mengikuti perasaanku tanpa mau peduli perasaan orang lain, tapi apa yang aku dapat??? sekuat apapun aku meyakini perasaanku terhadapnya, toh sekarang dia mengabaikannya. Mungkin ini karma untukku…Aku ingin menuliskan sebuah puisi sebagai akhir dari kisah ini…
Mencinta…(ku menunggu)
Kadang, Tuhan yang mengetahui yang terbaik
Akan memberi kesusahan untuk menguji kita
Kadang, Ia pun melukai hati kita
Supaya hikmahnya bisa tertanam amat dalam
Jika kita kehilangan cinta..
Maka ada alasan dibaliknya
Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti
Namun kita tetap harus percaya
Bahwa ketika ia akan mengambil sesuatu
Ia telah siap memberi yang lebih baik…
mengapa menunggu????
Karena walaupun kita ingin mengambil keputusan
Kita tak ingin tergesa-gesa…
karena…..
Walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tak ingin sembrono…
karena…..
Walaupun kita ingin segera menemukan orang yang kita cintai…
Kita tak ingin kehilangan jati diri kita dalam proses pencarian cinta
Jika ingin berlari, belajarlah berjalan dahulu
Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu
Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu…
bagiku….
Lebih baik menunggu orang yang kita inginkan…
Ketimbang memilih apa yang ada
Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai
Walaupun kita ingin segera menemukan orang yang kita cintai…
Kita tak ingin kehilangan jati diri kita dalam proses pencarian cinta
Jika ingin berlari, belajarlah berjalan dahulu
Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu
Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu…
bagiku….
Lebih baik menunggu orang yang kita inginkan…
Ketimbang memilih apa yang ada
Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai
Ketimbang memuaskan diri dengan apa yang ada
Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat
Karena hidupku terlampau singkat untuk dilewatkan bersama
pilihan yang salah
Karena menunggu mempunyai tujuan yang mulia dan misterius
perlu kau ketahui
Bahwa bunga tidak mekar dalam semalam
Kehidupan dirajut dalam rahim selama 9 bulan
Cinta yang agung terus tumbuh selama kehidupan ini
Walaupun menunggu membutuhkan banyak hal iman, keberanian dan pengharapan….
Penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan
pada akhirnya tuhan…
Dalam segala hikmah dan kasihnya….
Meminta kita menunggu….
karena…
Alasan yang penting!!!!!!(Nur Asyiah Jamil)
EVALUASI_ SOAL LATIHAN
Contoh cerpen:
MENDULANG
HARTA
Hari panas terik. Sang surya bersinar dengan ganasnya. Membuat ubun-ubun
terasa mendidih. Aris mempercepat langkah menuju rumahnya. Akhirnya sampai
juga. Dia duduk melepas lelah sambil membuka sepatunya.
‘’Huh, lega rasanya, ’’ia menghela napas dan beranjak masuk ke dalam. Baru saja melangkahkan kaki ke dalam rumah, ia menemukan uang berserakan di lantai.
‘’Hah, uang siapa ini, ’’katanya heran. Tentu saja dia heran. Di zaman serba sulit ini uang dibiarkan berserakan di lantai begitu saja. ‘’Untung aku bukan maling yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah,’’ pikirnya nakal.
“Uang punya Mak. Berikan sama Mak. Bapak mau keluar,’’ sahut bapak.
‘’Hmm, Mak sudah punya uang sekarang. Jadi, aku bisa minta uang untuk membayar uang les dan LKS,’’ pikirnya.
‘’Maaak, Oo Maaak,’’ panggil Aris.
‘’Ada apa Ris. Ganggu orang saja kamu ini, ’’kata maknya jengkel.
Lalu Aris menyerahkan uang tersebut pada maknya. Ia menjelaskan bahwa uang les dan LKS-nya belum dibayar. Sedang pihak sekolah sudah beberapa kali menagihnya. Tapi bukannya diberi uang, dia malah dimarahi oleh maknya.
‘’Saya heran dengan sekolah kamu itu. Banyak sekali tetek bengek yang harus dibayar. Kan ada dana BOS. Untuk apa dana BOS itu? “Sudahlah, tidak usah kamu sekolah. Buang-buang uang saja. “Kata maknya dengan muka merah menyala.
Aris sudah menjelaskan bahwa dana BOS itu tidak mencukupi, karena sekolahnya hanya sekolah swasta dan banyak memakai tenaga honor. Tapi maknya tidak mau tahu dengan semua itu. Dia malah menyuruh Aris cari uang sendiri. Kemanakah uang akan dicarinya? Ah, Emak tak mengerti dengan pendidikan. Padahal pendidikan itu sangat penting. Dengan pendidikan kita akan bisa menatap masa depan yang gemilang.
‘’Buat apa kamu sekolah? Lihat itu hah, banyak yang sekolah tinggi, tapi akhirnya cuma jadi pengangguran, kan? Jadi buat apa sekolah?’’ tambah maknya lagi.
Aris lebih memilih diam dari pada menjawab omongan maknya. Ia menyayangkan kenapa maknya mempunyai pola pikir yang terbelakang seperti itu? Sekarang orang berlomba-lomba mencari ilmu, tapi mak malah melarangnya.
‘’Mak ... mak, mengapa Emak lebih suka mengumpulkan uang, beli emas, dan membanggakan diri pada orang lain dari pada menyekolahkan kami anak-anak mak. Itu akan lebih bermanfaat,’’ gumamnya dalam hati.
Aris sudah lelah mendengarkan omelan emaknya itu. Dia keluar dan pergi entah ke mana.
Sedangkan si Lina, adiknya baru saja pulang dari sekolah SMP yang tidak jauh dari rumahnya. Setibanya di rumah, mak menyuruhnya mandi dan berpakaian yang bagus. Tidak biasanya mak seperti ini. Ternyata si Lina akan dilamar oleh Pak Anto duda kaya yang tinggal di desa sebelah. Tentu saja Lina menolak dengan keras semua itu. Namun, mak tetap bersikeras dengan kemauannya. Ia sama sekali tidak memikirkan bahwa anaknya itu di bawah umur untuk menikah. Apalagi akan dinikahkan dengan seorang duda. Ah, benar-benar tidak masuk akal.
Emak sudah terpengaruh oleh harta. Mak bilang, ia iri pada teman-teman arisannya yang kaya dan hidup mewah. Sedangkan mak tidak punya apa-apa. Mak ingin menabung untuk menggapai semua itu. Kalian tidak usah sekolah. Hanya menambah beban saja.
Hari-hari berikutnya, Aris tak lagi bersekolah. Ia berhenti dan bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah. Sebenarnya hati kecilnya selalu sedih tiap kali melihat teman-temannya bersekolah. Tapi apa mau di kata, mak sudah tidak mau lagi menyekolahkannya.
Setiap kali ia ikut teman-temannya dan tampaknya ia juga mulai terpengaruh oleh teman-teman baru itu. Sedangkan mak sudah tidak peduli lagi dengannya. Ia sibuk mengumpulkan harta, apalagi sekarang ia telah punya menantu kaya.
Waktu terus berjalan. Aris semakin terjerumus dalam kehidupan yang tidak memiliki masa depan. Ia telah berubah. Hingga suatu hari dengan tergopoh-gopoh, Enda temannya Aris datang dan memberitahukan pada Emak kalau Aris ditangkap polisi tadi malam. Tapi sekarang ia dirawat di rumah sakit. Overdosis katanya. Habis pesta sabu-sabu.
Bagai guntur di siang bolong, Emak dan bapak kaget bukan kepalang. Tapi apa mau di kata. Itu salah mereka, mereka yang menginginkan anaknya seperti itu. Mak menangis-nangis menyesali perbuatan dan sikapnya yang tak mau menyekolahkan anaknya itu.
‘’Sudahlah Nur, mudah-mudahan Aris lekas sembuh dan kita bisa kumpul lagi seperti dulu. Akan kita bina keluarga kita. Biarlah kita hidup sederhana, asalkan hati dan keluarga kita bahagia,’’ kata Bapak dengan mata berkaca-kaca, ia berusaha menenangkan hati mak.
‘’Bapak benar, kini mari kita
bina dan songsong keluarga sakinah,’’ kata mak dengan suara lirih.‘’Huh, lega rasanya, ’’ia menghela napas dan beranjak masuk ke dalam. Baru saja melangkahkan kaki ke dalam rumah, ia menemukan uang berserakan di lantai.
‘’Hah, uang siapa ini, ’’katanya heran. Tentu saja dia heran. Di zaman serba sulit ini uang dibiarkan berserakan di lantai begitu saja. ‘’Untung aku bukan maling yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah,’’ pikirnya nakal.
“Uang punya Mak. Berikan sama Mak. Bapak mau keluar,’’ sahut bapak.
‘’Hmm, Mak sudah punya uang sekarang. Jadi, aku bisa minta uang untuk membayar uang les dan LKS,’’ pikirnya.
‘’Maaak, Oo Maaak,’’ panggil Aris.
‘’Ada apa Ris. Ganggu orang saja kamu ini, ’’kata maknya jengkel.
Lalu Aris menyerahkan uang tersebut pada maknya. Ia menjelaskan bahwa uang les dan LKS-nya belum dibayar. Sedang pihak sekolah sudah beberapa kali menagihnya. Tapi bukannya diberi uang, dia malah dimarahi oleh maknya.
‘’Saya heran dengan sekolah kamu itu. Banyak sekali tetek bengek yang harus dibayar. Kan ada dana BOS. Untuk apa dana BOS itu? “Sudahlah, tidak usah kamu sekolah. Buang-buang uang saja. “Kata maknya dengan muka merah menyala.
Aris sudah menjelaskan bahwa dana BOS itu tidak mencukupi, karena sekolahnya hanya sekolah swasta dan banyak memakai tenaga honor. Tapi maknya tidak mau tahu dengan semua itu. Dia malah menyuruh Aris cari uang sendiri. Kemanakah uang akan dicarinya? Ah, Emak tak mengerti dengan pendidikan. Padahal pendidikan itu sangat penting. Dengan pendidikan kita akan bisa menatap masa depan yang gemilang.
‘’Buat apa kamu sekolah? Lihat itu hah, banyak yang sekolah tinggi, tapi akhirnya cuma jadi pengangguran, kan? Jadi buat apa sekolah?’’ tambah maknya lagi.
Aris lebih memilih diam dari pada menjawab omongan maknya. Ia menyayangkan kenapa maknya mempunyai pola pikir yang terbelakang seperti itu? Sekarang orang berlomba-lomba mencari ilmu, tapi mak malah melarangnya.
‘’Mak ... mak, mengapa Emak lebih suka mengumpulkan uang, beli emas, dan membanggakan diri pada orang lain dari pada menyekolahkan kami anak-anak mak. Itu akan lebih bermanfaat,’’ gumamnya dalam hati.
Aris sudah lelah mendengarkan omelan emaknya itu. Dia keluar dan pergi entah ke mana.
Sedangkan si Lina, adiknya baru saja pulang dari sekolah SMP yang tidak jauh dari rumahnya. Setibanya di rumah, mak menyuruhnya mandi dan berpakaian yang bagus. Tidak biasanya mak seperti ini. Ternyata si Lina akan dilamar oleh Pak Anto duda kaya yang tinggal di desa sebelah. Tentu saja Lina menolak dengan keras semua itu. Namun, mak tetap bersikeras dengan kemauannya. Ia sama sekali tidak memikirkan bahwa anaknya itu di bawah umur untuk menikah. Apalagi akan dinikahkan dengan seorang duda. Ah, benar-benar tidak masuk akal.
Emak sudah terpengaruh oleh harta. Mak bilang, ia iri pada teman-teman arisannya yang kaya dan hidup mewah. Sedangkan mak tidak punya apa-apa. Mak ingin menabung untuk menggapai semua itu. Kalian tidak usah sekolah. Hanya menambah beban saja.
Hari-hari berikutnya, Aris tak lagi bersekolah. Ia berhenti dan bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah. Sebenarnya hati kecilnya selalu sedih tiap kali melihat teman-temannya bersekolah. Tapi apa mau di kata, mak sudah tidak mau lagi menyekolahkannya.
Setiap kali ia ikut teman-temannya dan tampaknya ia juga mulai terpengaruh oleh teman-teman baru itu. Sedangkan mak sudah tidak peduli lagi dengannya. Ia sibuk mengumpulkan harta, apalagi sekarang ia telah punya menantu kaya.
Waktu terus berjalan. Aris semakin terjerumus dalam kehidupan yang tidak memiliki masa depan. Ia telah berubah. Hingga suatu hari dengan tergopoh-gopoh, Enda temannya Aris datang dan memberitahukan pada Emak kalau Aris ditangkap polisi tadi malam. Tapi sekarang ia dirawat di rumah sakit. Overdosis katanya. Habis pesta sabu-sabu.
Bagai guntur di siang bolong, Emak dan bapak kaget bukan kepalang. Tapi apa mau di kata. Itu salah mereka, mereka yang menginginkan anaknya seperti itu. Mak menangis-nangis menyesali perbuatan dan sikapnya yang tak mau menyekolahkan anaknya itu.
‘’Sudahlah Nur, mudah-mudahan Aris lekas sembuh dan kita bisa kumpul lagi seperti dulu. Akan kita bina keluarga kita. Biarlah kita hidup sederhana, asalkan hati dan keluarga kita bahagia,’’ kata Bapak dengan mata berkaca-kaca, ia berusaha menenangkan hati mak.
TUGAS KELOMPOK
Berdasarkan contoh cerpen di atas, dengan kelompok lima anak yang telah ditentukan, maka
jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
- Sebutkan tema dan amanat cerpen di atas!
- Siapa saja tokoh dalam cerpen, dan bagaimana watak setiap tokohnya?
- Sebutkan latar/setting dari cerpen tersebut!
- Bagaimana konflik yang terjadi dalam cerpen tersebut, dan penyelesaiannya?
- Nilai apa yang terkandung dalam cerpen tersebut?
- Bagaimana pendapat kelompok kalian mengenai cerpen yang telah dibacakan teman kalian, yang merupakan pengalaman hidupnya?
TUGAS INDIVIDU
Kalian tentunya sudah paham dengan apa yang telah kalian pelajari tadi. Maka tugas selanjutnya buatlah sebuah cerpen yang berasal dari pengalaman hidup teman, keluarga, atau pacar kalian!!!!!!!!!!!
- Apabila kalian sudah paham dengan materi yang telah disampaikan tersebut, maka buatlah sebuah cerpen tentang topik apa saja (pendidikan, lingkungan, kesehatan) untuk menulis cerita pendek, yang berdasarkan ciri-ciri cerpen, syarat topik cerpen!
- Tulislah terlebih dahulu kerangka cerpen dengan memperhatikan pelaku, peristiwa, latar, dan konflik!
- setelah itu kembangkanlah kerangka yang sudah kalian buat dengan memperhatikan unsur-unsur cerpen (perilaku, peristiwa, latar, dan konflik), serta pilihan kata, tanda baca dan ejaannya!
- GOOD LUCK
Langganan:
Postingan (Atom)